Laporan PPH 2016 Part.2

by - September 02, 2016


28 Januari 2016
Part 2~ Hasil Hutan Bukan Kayu

            Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang teerdapat pada HPGW diantaranya adalah getah pinus dan kopal. Metode pemanenan getah pinus terdiri dari metode quarre dan metode bor. Metode bor tidak diterapkan di HPGW karena modal awal guna pengadaan alat cukup besar dan tidak terjangkau bagi penyadap getah. Meski demikian, metode bor menghasilkan getah pinus yang bersih dan pemulihan luka pada pohon relatif lebih cepat dibandingkan dengan metode quarre. Pembaharuan luka pada metode br dilakukan tiga kali dengan membut lubang baru 1 cm di atas lubang lama. Jarak antar lubang 20 cm ke samping. Banyaknya lubang yang boleh dibuat tergantung keliling pohon. Metode bor terdiri dari metode bor manual dan metode bor mesin.
            Proses awal dari metode quarre adalah pembersihan kulit pohon. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan mal sadap guna engontrol pembaharuan luka. Selanjutnya, pembuatan koakan dilakukan dengan menggunakan kadukul dengan lebar 6 cm. proses selanjutnya adalah penyemprotan stimulant-etrat, untuk menstimulasi produksi getah. Kemudian pemasangan talang seng gua mengalirkan getah dan batok kelapa untuk menampung getah.
            Kopal merupakan salah satu HHBK yang dihasilkan di HPGW. Pemanenan kopal dilakukan dengan metode quarre dan metode sayatan. Metode yang sering digunakan adalah metode quarre sebab hasilnya lebih banyak dan waktu yang dibuthkan untuk pemanenan lebih efektif dibandingkan dengan metode sayatan. Metode quarre dilakukan dengan cara membuat luka pada kulit hingga terlihat kulit ari yang berwarna putih. Luka yang dihasilkan pada metode quarre berbentuk persegi. Penyemprotan stimulant dilakukan pada bagian atas koakan untuk merangsang terbentuknya getah. Pembaharuan luka dilakukan 5 hari setelah koakan lama dibuat. Koakan baru dibuat selebar 1 cm dan miring. Jarak horizontal antar quarre adalah 30 cm. Semakin banyak koakan, maka produksi getah tiap koakan semakin kecil. Luka koakan akan tertutup kembali setelah 7 bulan. Umur produktif pohon agatis adalah 30-40 tahun. Waktu yang baik untuk penyadapan adalah pagi hari. Pohon agatis yang memproduksi getah di HPGW adalah Agathis loranthifolia.
            Metode lain yang digunakan dalam penyadapan getah kopal di HPGW adalah metode bor dan metode syatan. Metode bor tidak digunakan karena getah akan menyumbat dan tidak dapat dipanen jika sudah lebih dari 3 hai. Metode sayatan pun jarang digunakan karena harus menggunakan talang yang memakan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan metode quarre.
Jenis pinus yang terdapat di HPGW ada 4 yaitu Pinus merkusii, Pinus insularis, Pinus caribeae, dan Pinus oocarpa. Jenis tersebut dapat dibedakan yaitu Pinus merkusii kulitnya kecil dengan kedalaman 2-3 cm, memiliki daun 2 jarum dan buah yang panjang. Pinus oocarpa tersusun atas 5 helai 2 fasikel dengan ukuran buah yang besar dan lonjong. Pinus caribeae tersusun atas 3 helai daun, buah lonjong dan terdapat duri sedangkan Pinus insularis hampir mirip dengan Pinus merkusii. Target penyadapan pinus adalah 300 kg/orang/bulan dengan harga Rp2.000/kg. Jumlah sadapan lebih dari 300 kg diberikan harga Rp 3.300/kg. Penyadap pinus adalah masyarakt local yang tinggal di sekitar HPGW. Pengangkutan dilakukan setiap 15 hari sekali. Hasil sadapan pada Januari telah mencapai 10 ton, terdiri dari drum besar sejumlah 180 kg dan drum kecil 135 kg. proses penjualan dilakukan dengan sistem lelang melalui sms. Harga tertinggi akan dilepas ke pembeli. Hingga tahun 2015 harga tertinggi mencapai Rp10.600/kg. Proses penyimpanan dengan ditutup plastik atau karung agar sadapan getah pinus tidak berjamur.

            Getah kopal dilakukan penyeleksian pada hasilnya. Getah ini berupa hasil dari tanaman damar. Klasifikasi ini dibedakan menjadi kualitas utama (putih bersih, tanpa kotoran, ukuran 3-4 cm), kualitas I (kuning keputihan, ukuran 2-3 cm), kualitas II (kuning, berukuran besar kotorannya) dan kualitas III yang termasuk reject (berwarna kuning cokelat, banyak kotoran dan ukuran 3-4 cm). Getah damar digunakan sebagai bahan bakar dan bahan kosmetik sedangkan getah pinus untuk cat pesawat, mobi; maupun cat rumah serta pernis. Tahun 2015 harga tertinggi kopal hanya Rp6.800/kg seharusnya dapat mencapai 12-15 ribu/kg. Harga kopal lebih dari 200 kg sekitar Rp3.000/kg sedangkan kopal kurang dari 200 kg yaitu Rp2.000/kg. Target yang dicapai HPGW untuk kopal minimal 250 kg/orang/bulan. Teknik penyadapan meliputi penataan petak, perekrutan, lelang, pembayaran dan penyetoran.

You May Also Like

0 komentar