Min Yoongi's Book: 'Life Lesson'

by - April 13, 2018


Friyay comeback, kali ini aku mau share something nih..


Jujur saja, aku hobi baca buku tapi sangat pemilih menyangkut bahan bacaan, biasanya lebih ke genre comedy / novel / anime karena menurutku bacaan tersebut akan menghiburku😊 Awalya aku memang ingin baca Demian by Hermann Hesse sama The Ones Who Walk Away from Omelas by Ursula K. Le Guin yang pernah muncul di artikel kalau 2 buku itu yang menginspirasi RM cs buat bikin Wings theory sama Spring Day MVnya. Tapi karena si Omelas tidak kutemukan yang versi hardcopynya dan harus beli kindle version padahal aku pun tak punya aplikasinya. Jadilah aku tertarik dengan buku ini hanya karena seorang Min Yoongi. Suatu kali, waktu fangirling.. ada akun twitter seorang army yang mengatakan bahwa foto previewnya di bulan Desember 2017 di Gimpo airport, Yoongi terlihat membawa sebuah buku yang diketahui berjudul "인생 수업".

 

Karena merasa penasaran dengan buku itu, aku pun memutuskan untuk mencari seperti apa isi buku tersebut dengan membeli English versionnya di situs Ama*** sebulan lalu~ and ended up 'fell in love at the first chapter'~
Sebenarnya aku baca buku ini juga tersendat-sendat, harusnya minggu lalu saat weekend ingin menamatkannya tapi berhubung banyak hal yang salah satunya bighit mengeluarkan ‘Euphoria’ theme Love Yourself series ‘Wonder’ yah terpaksa aku teracuni menyusul puzzle story MVnya forever ‘HwaYangYeonHwa’ yang ternyata bikin pusiang kepala dan berakhir hutang baca 2 bab lagi. But allow me untuk berbagi sedikit review dari buku ini. Let’s start it!

인생 수업 adalah edisi korea dari buku "Life Lessons: Two Experts on Death and Dying Teach Us About the Mysteries of Life and Living" yang diterbitkan oleh penerbit Ire pada Januari 2007.


Buku "Life Lessons: Two Experts on Death and Dying Teach Us About the Mysteries of Life and Living" itu sendiri adalah hasil kolaborasi antara Elisabeth Kübler-Ross dan David Kessler yang diterbitkan pada tahun 2000.

Elisabeth Kübler-Ross, MD, [1926-2004] adalah seorang psikiater kelahiran Swiss, humanitarian, dan salah satu pendiri gerakan 'hospice' di seluruh dunia. Dia juga penulis buku "On Death and Dying", yang pertama kali membahas 'The Five Stages of Grief'. Elisabeth menulis 24 buku dalam 36 bahasa dan menghibur jutaan orang yang menghadapi kematian mereka sendiri atau kematian orang yang dicintai, mencakup mengajarkan perawatan yang manusiawi bagi orang yang sekarat dan pentingnya mencintai tanpa syarat. Sedangkan David Kessler adalah penulis buku "The Needs of the Dying" yang telah diterjemahkan ke dalam 11 bahasa. Dia merupakan pemimpin yang diakui secara nasional di bidang perawatan di rumah sakit dan perawatan paliatif.


Nah yang aku baca English version ini basicnya teks bahasa inggris dengan tebal 224 halaman, berisi 14 bab yang terdiri dari :
Chapter 1—Authenticity
Chapter 2—Love
Chapter 3—Relationships
Chapter 4—Loss
Chapter 5—Power
Chapter 6—Guilt
Chapter 7—Time
Chapter 8—Fear
Chapter 9—Anger
Chapter 10—Play
Chapter 11—Patience
Chapter 12—Surrender
Chapter 13—Forgiveness
Chapter 14—Happiness

      Setelah 12 bab yang aku baca, disini bisa diceritakan ~

"Is this really how I want to live my life?"
Hidup memberikan kita pelajaran, kebenaran universal, mengajarkan dasar-dasar tentang cinta, ketakutan, waktu, kekuatan, kehilangan, kebahagiaan, hubungan, dan keaslian. Kita tidak bahagia hari ini karena kehidupan yang sangat kompleks; kita tidak bahagia karena kita kehilangan kesederhanaan yang mendasarinya. Dan tantangan sebenarnya adalah menemukan makna murni dari hidup ini. Banyak dari kita berpikir bahwa kita diajarkan tentang cinta namun kita tidak menemukan cinta yang diharapkan, karena itu bukan cinta. Ini adalah bayangan yang gelap karena rasa takut, perasaan tidak aman, dan harapan. Kita berjalan di bumi bersama namun merasa sendiri, tak berdaya, dan merasa malu.
Ya, kita menjalani hidup yang menyenangkan tapi apakah kita pernah meluangkan waktu untuk benar-benar hidup?
Sadar atau tidak, kita semua mencari jawaban, mencoba mempelajari pelajaran hidup. Kita bergulat dengan rasa takut dan bersalah. Mencari makna, cinta, dan kekuatan. Bahkan mencoba untuk memahami rasa takut, kehilangan, dan waktu. Kita berusaha untuk menemukan siapa kita dan bagaimana kita bisa menjadi benar-benar bahagia dalam hidup kita. Terkadang kita mencari hal-hal ini pada orang-orang terdekat kita, dalam agama, Tuhan, atau tempat-tempat lainnya. Bahkan kita mencarinya dengan menggunakan uang, status, pekerjaan yang sempurna, atau hal lainnya hanya untuk menemukan makna yang kita harapkan dan akhirnya membuat kita sakit hati. Menjalani hidup ini tanpa pemahaman yang lebih dalam tentang maknanya akan membuat kita merasa hampa, percaya bahwa hanya ada sedikit atau tidak ada makna bagi kehidupan, atau bahkan menganggap cinta dan kebahagiaan hanyalah ilusi belaka.
Pelajaran hidup ini seperti mencapai sebuah kedewasaan. Kita tidak tiba-tiba lebih bahagia, kaya, atau berkuasa, tapi membuat kita lebih memahami dunia di sekitar kita serta merasakan damai dalam diri sendiri. Belajar pelajaran hidup bukan tentang membuat hidup menjadi sempurna, tapi tentang melihat kehidupan sebagaimana mestinya. Dalam perjalanan ini kita mungkin diberi banyak, atau sedikit saja, dari hal-hal yang harus kita hadapi, tapi tidak akan lebih dari yang bisa kita tangani.

"I now delight in the imperfections of life."
Ada begitu banyak pelajaran untuk dipelajari dalam kehidupan, tidak mungkin menguasai mereka semua dalam waktu yang singkat. Tapi semakin banyak pelajaran yang kita pelajari semakin kita akan merasa hidup, benar-benar menjalani hidup.
Kita belajar bahwa kita tidak sendiri, melihat bagaimana kita semua terhubung, bagaimana cinta tumbuh dan sebuah hubungan yang memperkaya kita. Dengan harapan kita akan memperbaiki persepsi bahwa kita lemah, menyadari bahwa kita memiliki semua kekuatan alam semesta di dalam diri kita sendiri. Belajar kebenaran tentang ilusi, tentang kebahagiaan dan mengetahui siapa diri kita sebenarnya. Kita belajar bagaimana kita telah memberikan semua yang kita bisa usahakan untuk membuat hidup kita menjadi lebih indah.
Dan pada akhirnya nanti kita mampu menyingkirkan kenegatifan kita dan menemukan yang terbaik dalam diri kita dan satu sama lain. Hidup untuk saling menyembuhkan satu sama lain dan diri sendiri; bukan penyembuhan seperti dalam pemulihan fisik, tapi penyembuhannya jauh lebih dalam. Penyembuhan rohani, jiwa kita.
Kita akan menemukan banyak hal dalam perjalanan panjang dan terkadang hal aneh yang kita lihat sebagai kehidupan, tapi kebanyakan kita menemukan diri kita sendiri di dalamnya. Siapa kita sebenarnya, apa yang paling berarti bagi kita. Kita belajar dari puncak dan lembah apa arti cinta dan hubungan sebenarnya. Kita menemukan keberanian untuk menyingkirkan kemarahan, air mata, dan ketakutan kita. Dalam semua ini, kita telah diberi semua yang kita butuhkan untuk merasa hidup--untuk menemukan kebahagiaan. Bukan hidup yang sempurna, bukan cerita dongeng, tapi hidup otentik yang bisa membuat hati kita penuh dengan makna.
"To not just be alive, but to feel alive"


Kuakui BTS memang tidak lepas dari sastra jika menyangkut kehidupan musik. Dari buku ini, aku juga setuju sama Namjoon yang bilang tempo hari kalau Yoongi itu memang tahu segala sesuatunya, terlihat dari in the way of talking sama influential characternya ❤❤❤ Maybe karena dia banyak menghirup buku motivasi atau buku kehidupan kayak gini kali ya  
Anyway, kalau ada yang mau ngasih buku Demian / Omelas yang belum sempat ku miliki atau Life Balancer, yang baru-baru ini dipost sama Taehyung, sini.. kasih aja ke aku, ditampung sepenuh hati kok!


So, menurut kalian gimana nih..tertarik buat baca bukunya?
Kalau aku kasih poin.. 8 dari 10 buat merekomendasikan kalian untuk baca buku ini ^^ (tapi aku tidak rekomen kalau kalian dari awal memang tidak suka tipe buku macam begini hlo ya, karena nanti bakalan jadi alas tidur doang :D :D)


see you~



You May Also Like

0 komentar